Monday, December 12, 2016

pendidikan Karakter




Pendidikan menurut bahasa merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara suatu tuntutan didalam tumbuh kembangnya anak-anak, maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat . Karakter menurut bahasa merupakan watak sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah system keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Pendidikan karakter merupakan suatu penanaman nilai-nilai karakter dalam proses tumbuh kembang anak mulai dari balita hingga dewasa atau long life education. Penguatan pendidikan moral atau pendidikan karakter saat ini relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda. karena saat ini marak sekali kasus perkosaan dan pembunuhan tak hanya itu masih banyak kejahatan lainnya bahkan pelaku dan korbannya masih di bawah umur. Seperti kasus pemerkosaan yuyun, penyayatan di Yogyakarta, penembakan di Magelang, Pembunuhan seorang pekerja pabrik, korupsi, penganiayaan dan masih banyak lagi kasus yang lain. Yang akhir- akhir ini terjadi banyak kasus yang melibatkan anak dibawah umur. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai moral sejak dini.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu yang pertama Gen, salah satu faktor yang mempengeruhi pling besar dan tumbuh dan perkembangnya nak. Karena gen itu bawaan dari orang tua. Misalkan, orangtuanya berbadan tinggi, maka anaknya akan mewarisi pula badan yang tinggi seperti orangtuanya dan begitu sebaliknya. Yang kedua Ras,  mempengaruhi tumbuh kembang anak, misalkan pertumbuhan anak di Indonesia berbeda dengan tumbuh kembangnya anak Amerika. Lalu yang ketiga Jenis kelamin ,menentukan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan. Anak laki-laki biasanya lebih lambat perkembanganya saat sebelum pubertas, tapi setelah pubertas anak laki-laki akan tumbuh sangat cepat dan mengungguli anak perempuan. Faktor eksternal meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan prenatal ialah lingkungan ketika masih dalam kandungan. Faktor prenatal ini yang berpengaruh yaitu saat ibu kondisi hamil, faktor mekanis, taksin atau zat kimia, gizinya terpenuhi atau tidak karena saat dalam kandungan itu menentukan pembentukan organ dan yang lainya.Lingkungan postnatal adalah lingkungan setelah kelahiran, atau semasa didunia. Lingkungan postnatal yaitu meliputi lingkungan social, pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung pada lingkungan social yang meliputi semua manusia yang berada pada lingkungan makhluk hidup itu. Interaksi antara individu dengan lingkungan social itulah yang memungkinkanya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembanganya sehingga dapat mencapai keterampilan sesuai tingkat perkembanganya, disinilah peran lingkungan nampak, karena lingkungan diharapkan mampu memberikan stimulant agar anak dapat berkembang secara wajar, baik, dan lancar. Dalam pendidikam karakter faktor lingkungan yang menentukan karena karakter berhubungan dengan tingkah laku kepribadian dalam bersosialisasi.
Menurut Ki Hajar Dewantara tripusat pendidikan yaitu, alam keluarga, alam perguruan/sekolah, dan alam masyarakat. Yang pertama alam keluarga atau lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, karena kelurga sebagai sosialisasi primer. Dalam sosialisasi primer ini seorang individu sedang menjalani sebuah tahapa persiapan. Oleh karena itu, keluarga sangatlah penting dalam tumbuh kembang perilaku individu. Keluarga bisa menciptakan seseorng individu dengan peran social tertntu di masyarakat. Contoh sosialisasi primer dalam keluarga terjadi interaksi-interaksi pertama yang membentuk suatu kepribadian. Peran orang tua dalam hal ini sangatlah penting dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan. Pengaruh orangtua sangatlah penting karena sehari-hari anak bertemu dengan orangtuanya. Orangtua sebagai tauladan. Apalagi anak-anak yang masih belajar lewat meniru, setiap saat mereka mengamati, telinganya menyimak dan pikiranya mencerna apapun yang dilakukan orangtua, anak dapat tumbuh menjadi sosok yang sangat mirip dengan orangtua versi kecil. Pada usia 3tahun barulah anak meniru aspek yang berhubungan dengan sopan santun dan bahasa. Anak tidak paham apa yang dilakukan orangtua, mengapa bersikap baik atau buruk. Kalau orangtua berlaku baik maka anak akan baik juga, sebaliknya jika orangtua adalah orang yang berfikiran sempit dan penuh kebencian pada orang lain yang tidak sepaham, maka sikap negative inipun akan ditiru oleh anak dan menjadi dasar bagaiman ia memperlakukan sesama saat dewasa nanti.
Tripusat pendidikan yang kedua ialah alam sekolah, sekolah merupakan tempat untuk mendidik anak secara formal. Namun tidak hanya itu, sekolah sudah seharusnya menanamkan nilai-nilai dan mendidik anak tidak hanya dari segi akademis saja. Banyak prestasi yang sudah dicapai oleh anak namun dalam hal kecerdasan dan emosional anak masih jauh ketinggalan. Individu justru terbentuk menjadi manusia yang egois yang penting nilai tinggi dan ber[restasi tapi sosialnya nol. Padahal kalau kita mau mengkaji atau menganalisis, dalam setiap mata pelajaran dapat kita kaitkan dalam penanaman nilai karakter misalnya, di pelajaran Pkn ada seperti pancasila, apa itu harga diri, tentang berbangsa dan bernegara atau seperti di pelajaran ips kita diajarkan tentang masalah sosial, mungkin itu yang baik atau buruk dan dampak serta akibatnya, disitu dapat kita ketahui sesuatu yang merugikan orang lain dan kita sendiri, seharusnya kita dapat mengambil nilai-nilai dari setiap mata pelajaran. Kebiasaan yang dapat dilakukan misalkan dengan salam, sapa, senyum.
Tripusat pendidikan yang ketiga ialah alam masyarakat atau lingkungan. Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nila-nilai etika. Masyarakat disini ialah orangtua yang tidak dekat, tidak dikenal, tidak memiliki ikatan keluarga. Orang-orang inilah yang dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatu perbuatan. Misalkan, bergotong royong seperti kerja bakti, menegur anak yang berbuat tidakbaik. Namun banyak orang yang tidak peduli dengan hal ini, mereka tidak merasa bertanggungjawab, menganggap perbbuatan itu hal yang biasa. Dalam lingkungan rumah misalnya, jika didekatnya banyak orang yang merokok sembarang dan tidak peduli dengan anak-anak disekitarnya, mereka juga bisa menirukn dan mencoba lalu menjadi perokok, namun bagi orang disekitarnya itu adalah hal yang wajar apalagi anak laki-laki jadi banyakyang dibiarkan begitu saja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sejak dini sngatlah penting, untuk tumbuh kembang anak dan untuk mengatasi minimnya moral saat ini. Tidak hanya dikeluarga saja tetapi juga sekolah dan masyarakat, semua lapian masyarakat harus sadar dan melakukan upaya dalam hal ini. saya selain menanamkan nilai moral ada baiknya diimbangi dengan agama (iman) dan akhlak yang baik, tentu peran orangtua dan sekolah juga masyarakat sangat diperlukan dalam pengawasan dan rasa tanggung jawab bahwasanya semua harus peduli akan hal ini, lebih baik jika setiap lapisan masyarakat sadar akan perlunya penanaman nilai moral dan agama agar bangsa kita dapat menjadi bangsa yang maju dalam bidang iptek namun tetap bermoral dan berakhlak mulia.

No comments:

Post a Comment